Posted by : Bella Aisya
20 Juli 2015
Pada bulan November 1988, Cowok A (18
tahun), Cowok B (jo kamisaku umur 17, kamisaku adalah nama keluarga yang dia
ambil setelah keluar dari penjara), Cowok C (umur 16), dan Cowok D (umur 17)
dari Tokyo menculik dan menyekap Furuta, siswi kelas 2 SMU dari Saitama selama
44 hari. Mereka menjadikan dia tahanan dirumah yang dimiliki orang tua Cowok C.
Untuk menghindari pengejaran polisi,
Cowok A memaksa Furuta untuk menelepon orangtuanya dan menyuruhnya mengatakan
kalau dia kabur dari rumah dengan teman-temannya, dan tidak berada dalam
bahaya. Bahkan cowok A membuat Furuta berpose sebagai pacar dari salah satu
cowok–cowok itu ketika orangtua C, pemilik rumah sedang ada dirumah tersebut.
Kalau mereka sudah yakin orang tua C tidak akan telepon polisi, mereka pun
menyudahi sandiwara tersebut. Furuta mencoba kabur berkali–kali, memohon pada
orang tua C untuk menyelamatkan dia, tapi mereka tidak melakukan apa-apa
meskipun mereka tau kalau selama ini Furuta disiksa, karena mereka takut kalau
Cowok A akan menyiksa mereka. Cowok A saat itu adalah pemimpin Yakuza kelas
rendah dan telah mengencam siapapun yang ikut campur akan dibunuh.
Menurut kesaksian para cowok itu
dipersidangan, mereka berempat memperkosa Furuta, memukulinya, memasukan
macam-macam ke dalam vaginanya termasuk tongkat besi, membuatnya minum urinnya
sendiri dan makan kecoak, memasukan petasan ke dalam anusnya dan meledakanya,
memaksa Furuta untuk masturbasi, memotong pentilnya dengan tang, menjatuhkan
barbell ke perutnya, dan membakarnya dengan rokok dan korek api (salah satu
dari pembakaran itu adalah hukuman karena dia berusaha menelepon polisi). Pada
sebuah titik luka Furuta sangat parah hingga menurut salah satu cowok itu,
Furuta membutuhkan waktu satu jam lebih untuk merangkak turun tangga untuk menggunakan
kamar mandi. Mereka bahkan mengatakan kemungkinan kalau 100 orang tau kalau
mereka menahan Furuta di rumah tersebut, tapi hal ini tidak jelas artinya apa
100 orang itu hanya tau atau mereka ikut memperkosa dan menyiksa juga saat
berkunjung ke rumah tersebut. Cowok-cowok itu menolak membiarkan Furuta pergi,
walau Furuta seringkali memohon pada mereka untuk membunuhnya saja dan
menyudahi penderitaan tersebut.
Pada tanggal 4 Januari 1989, dengan
menggunakan alasan kekalahan salah seorang cowok itu main mahyong, keempat
cowok itu memukuli Furuta dengan barbell besi, menuang cairan korek api ke
kakinya, tangannya, perutnya, dan mukanya, dan lalu membakarnya. Dia meninggal
tak lama kemudian hari itu karena shock. Kempat cowok itu menyatakan kalau
mereka tidak menyadari betapa parah luka yang dialami Furuta, dan mereka
percaya kalau Furuta hanya berpura-pura mati.
Para pembunuh itu menyembunyikan
mayatnya di drum 55 galon dan memenuhinya dengan semen. Mereka membuang drum
tersebut di kota Tokyo.
Penahanan dan Hukuman
Para cowok itu ditangkap dan
disidangkan sebagai orang dewasa, tapi karena Jepang menangani kejahatan yag
dilakukan oleh yang masih dibawah umur, identitas mereka disembunyikan oleh
persidangan. Tapi bagaimanapun juga, seminggu kemudian, majalah mingguan bernama
Shukan Bunshun menerbitkan nama mereka, dengan menyatakan “hak asasi tidak
dibutuhkan oleh penjahat biadab.” Mereka juga menerbitkan Nama asli Furuta dan
detail tentang kehidupan pribadinya dan menerbitkanya dengan sangat nafsu di
media. Kamisaku dituntut sebagai pemimpin para cowok itu, (entah benar atau
tidaknya) menurut persidangan.
Keempat cowok itu diberi keringanan
dengan dinyatakannya bersalah dengan tuntutan “membuat luka fisik yang
menyebabkan kematian”, dibandingkan tuntutan pembunuhan. Orang tua cowok A
menjual rumah mereka dengan harga maksimum 50 juta yen atau 5 miliar rupiah dan
membayarnya sebagai kompensasi untuk keluarga Furuta.
Untuk partisipasinya di kejahatan ini,
Kamisaku harus menjalani 8 tahun di penjara anak-anak sebelum dia dibebaskan di
bulan agustus 1999. di bulan juli 2004, Kamisaku ditangkap karena mencelakai
seorang kenalan, yang dia pikir membuat pacarnya menjauhi dia, dan dengan
bangga membanggakan tentang keluarganya sebelum mencelakai kenalannya itu.
Kamisaku dihukum 7 tahun dengan tuntutan memukuli. *Memukuli 7 tahun penjara,
menyiksa Furuta sampe mati dipenjara 8 tahun? Mati aje loo*
Orangtua Junko Furuta terkejut dengan
kalimat yang diterima dari pembunuh anak perempuannya, dan bergabung dengan
grup masyarakat melawan orangtua Cowok C yang rumahnya dijadikan tempat
penyekapan. Ketika beberapa masalah ditimbulkan dari bukti (semen dan rambut
yang didapat dari tubuh itu tidak cocok dengan para cowok-cowok yang
ditangkap), pengacara yang menangani lembaga masyarakat memutuskan untuk tidak
membantu mereka lagi karena merasa tidak ada bukti berarti tidak ada kasus atau
dakwaan. Ada spekulasi bahwa bukti yang mereka dapat itu didapat dari orang
tidak teridentifikasi yang memperkosa atau ikut memukuli Furuta.
Satu dari yang paling menggangu dari
kisah nyata ini adalah bahwa para pembunuh Furuta sekarang bebas. Setelah
membuat Junko Furuta melalui berbagai penderitaan, mereka adalah cowok bebas
sekarang.
Semua hal menakutkan setengah mati ini
dilakukan pada Junko Furuta dan dikumpulkan melalui sidang di Jepang dan blogs
dari 1989. Mereka menunjukan kalau sakit yang dialami Junko Furuta dialami
bertubi-tubi sebelum akhirnya dia meninggal. Semua ini terjadi dengannya
sewaktu dia masih hidup, memang sangat mengganggu tapi inilah kenyataanya.
Kronologis
Hari 1 (22 November 1988)
- Penculikan
- Dikurung sebagai tahanan rumah,
dan dipaksa berpose sebagai pacar salah satu cowok.
- Diperkosa (lebih dari 400 kali
totalnya)
- Dipaksa menelepon orangtuanya dan
mengatakan kalau dia kabur dan situasi aman
- Kelaparan dan kekurangan gizi
- Diberi makan kecoak dan minum
kencing
- Dipaksa masturbasi
- Dipaksa striptease didepan banyak
orang
- Dibakar dengan korek api
- Memasukan macam-macam *dari yang
kecil sampe yang besar yang tidak bisa dibayangkan* ke vagina dan anusnya
Hari 11 (1 Desember 1988)
- Menderita luka pukulan keras yang
tak terhitung berapa kali
- Muka terluka karena jatuh dari
tempat tinggi ke permukaan keras
- Tangan diikat ke langit langit dan
badannya digunakan sebagai *itu loh yang isinya pasir buat tinju* sarana
untuk ditinju
- Hidungnya dipenuhi sangat banyak
darah sehingga dia cuma bisa bernafas lewat mulut
- Barbell dijatuhin ke perutnya
- Muntah darah ketika minum air
(lambungnya tidak bisa menerima air itu)
- Mencoba kabur dan dihukum dengan
sundutan rokok di tangan
- Cairan seperti bensin dituang ke
telapak kaki, dan betis hingga paha lalu dibakar
- Botol dipaksa masuk ke anusnya,
sampe masuk, menyebabkan luka.
Hari 20 (10 Desember 1989)
- Tidak bisa jalan dengan baik
karena luka bakar dikaki
- Dipukuli dengan tongkat bamboo
- Petasan dimasukin ke anus, lalu
disulut
- Tangan di penyet *dipukul supaya
gepeng* dengan sesuatu yang berat dan kukunya pecah
- Dipukulin dengan tongkat dan bola
golf
- Memasukan rokok ke dalam vagina
*mungkin maksudnya dijadiin asbak, dimatiin di vagina dan abunya dibuang
kedalam*
- Dipukulin dengan tongkat besi
- Saat itu musim dingin bersalju
*dingin pasti minus* disuruh tidur di balkon
- Tusuk sate dimasukin ke dalam
vagina dan anus menyebabkan pendarahan
Hari 30
- Cairan lilin panas diteteskan ke
mukanya
- Lapisan mata dibakar korek api
- Dadanya ditusuk-tusuk jarum
- Pentil kiri dihancurkan dan
dipotong dengan tang
- Bola lampu panas dimasukin vagina
- Luka berat di vagina karena
dimasukin gunting
- Tidak bias pipis dengan normal
- Luka sangat parah hingga
membutuhkan sejam untuk merangkak turun tangga saja untuk menggunakan
kamar mandi
- Gendang telinga rusak parah
- Ukuran otak menciut sangat sangat
banyak
Hari 40
- Memohon sama para penyiksa untuk
membunuhnya saja dan menyelesaikan penderitaannya
1 January 1989
- Junko tahun baruan sendirian
- Tubuhnya dimutilasi
- Tidak bisa bangun dari lantai
Hari ke 44
- Para cowok itu menyiksa badannya
yang termutilasi dengan barbell besi, dengan menggunakan alasan kalah main
mahyong. Furuta mengalami pendarahan di hidung dan mulut. Mereka menyiram
mukanya dan matanya dengan cairan lilin yang dibakar.
- Lalu cairan korek api dituang ke
kaki tangan muka, perut dan dibakar. Penyiksaan akhir ini berlangsung
sekitar 2 jam nonstop.
Junko Furuta meninggal pada hari itu
juga dalam rasa nyeri sakit dan sendirian. Gag ada yang bisa ngalahin 44 hari
penderitaan yang udah dia alamin.